Telur adalah bahan pangan yang mudah mengalami kerusakan fisik seperti retak dan pecah saat pengemasan dan pengangkutan. Pengangkutan telur dari peternak menuju pembeli rentan menyebabkan telur mengalami kerusakan. Untuk menghindarinya, telur dikemas dalam kotak kayu yang didalamnya diberi sekam padi. Pengemasan telur membutuhkan ruang kotak yang cukup besar karena selain mudah pecah, telur mempunyai bentuk yang lonjong.
Mengapa telur unggas berbentuk lonjong?
Telur (unggas) dibentuk dalam saluran reproduksi unggas betina dewasa. Saluran reproduksi unggas ini dibedakan menjadi beberapa bagian sesuai dengan perananannya. Bagian saluran reproduksi yang berperan dalam menentukan besar dan bentuk telur dikenal sebagai isthmus.
Dalam isthmus, kuning telur yang diselimuti putih telur bergerak dengan cara berputar mengelinding, sehingga membentuk gumpalan lonjong. Dinding isthmus mensekresikan bahan pembentuk membran pembentuk membran atau selaput telur. Besar dan bentuk telur dipengaruhi oleh besar dan bentuk isthmus. Isthmus dengan ruangan langsing menghasilkan telur berbentuk lonjong. Isthmus dengan ruang besar akan menghasilkan telur yang lonjong agak membulat.
Selanjutnya, telur dari ruangan isthmus akan masuk ke uterus. Di bagian inilah terjadinya pembentukan kulit atau kerabang pada telur, mengikuti bentuk gumpalan telur yang dihasilkan di ruangan isthmus. Bentuknya pasti lonjong.
Pengemasan dan Pengankutan Telur Unggas
Bentuk yang lonjong ini tentu saja mempengaruhi pengemasan dan transportasi telur unggas
Dari dalam kandang pemeliharaan induk unggas, telur diambil dengan hati-hati dan disimpan dalam nampan telur (egg tray) atau kotak yang diberi alas sekam padi, untuk menghindari keretakan. Nampan telur (egg tray) ini ada yang terbuat dari plastik, namun ada pula yang terbuat dari karton tebal. Biasanya satu nampan dapat memuat telur paling banyak sampai 36 butir.
Pengemasan dan pengangkutan telur dari peternakan menuju pasar tradisional umumnya menggunakan kotak kayu yang ukuran dan strukturnya dapat memuat telur seberat 15 kg. Dalam kotak kayu diletakkan alas berupa sekam, jerami padi, atau serbuk gergaji. Bahan kayu pengemas dan alas telur haruslah kering, tidak terlalu lembab. Alasannya, bila terlalu lembab, telur akan mudah terserang bakteri pembusuk yang mempercepat kerusakan telur.
Selain sebagai alas, sekam padi kering juga digunakan diantara lapisan atau susunan telur untuk mencegah tumbukan antar telur. Pengisian telur dalam peti kemasan sampai penuh, tetapi tentu saja tidak melebihi tinggi peti kemasan.
Saat ini, di beberapa supermarket, telur dikemas dalam egg tray tertutup, terbuat dari plastik mika transparan. Egg tray ini terdiri dari beberapa ukuran, ada yang memuat 1 butir sampai egg tray yang dapat memuat 15 butir telur.. Dengan kemasan ini, telur terlihat lebih menarik dan memudahkan konsumen saat pembelian dan pengangkutan.
Baca juga: Memilih Telur yang Tepat untuk Dikonsumsi